Judul
di atas pernah menjadi pertanyaan yang dilontarkan seorang remaja
putri kepada seorang tokoh silat nasional kita. Saya merasa tertarik
untuk menjawab pertanyaan tersebut, akan tetapi baru sekarang berhasil
menyusunnya dalam bentuk artikel.
Tidak
saja bagi para remaja yang sedang mengalami perubahan jasmani dan
rohani yang pesat, melainkan bagi semua golongan usia termasuk
orang-orang tua, belajar silat mendatangkan manfaat yang besar, minimal
untuk memelihara kesehatan dan kesegaran jasmani.
Demikian
pula dalam penggunaan dan penerapannya, beladiri tidak selalu
digunakan untuk menjaga diri dalam suatu perkelahian, karena di jaman
sekarang tidak semua orang suka berkelahi. Akan tetapi beladiri silat
berguna pula untuk hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita
sehari-hari di rumah. Contohnya : Apabila kamu menguasai silat, kamu
tidak akan terjatuh dengan parah bila terpeleset. Mungkin saja kamu
terjatuh, akan tetapi karena refleks hasil latihan sehari-hari, kamu
mampu menolong dirimu sendiri pada saat yang tepat. Berikut ini kita
coba untuk menganalisa segala manfaat belajar beladiri silat.
Silat sebagai Olahraga
Sebagai
salah satu cabang olahraga pada umumnya dan beladiri khususnya,
beladiri silat merupakan rangkaian dari gerakan-gerakan badan menurut
sistem dan metoda tertentu.
Telah
kita ketahui bersama olahraga adalah salah satu cara terbaik untuk
memelihara kesehatan jasmani. Silat sebagai salah satu alat berolahraga
pun memiliki cara-cara khusus dalam membina kesehatan jasmani. Dengan
melakukan teknik tertentu, selain gerakan pemanasan pada umumnya yang
ada pada tiap cabang olahraga, silat melatih otot-otot. Demikian pula
dengan cara tertentu, silat melatihmu menjadi lebih peka pendengaran
dan lebih awas penglihatan, bila dibanding dengan cabang olah raga
lain. Selanjutnya, dengan gerakan dan teknik-teknik tertentu pula kamu
bisa melatih otot-otot leher serta persendiran tubuh.
Untuk
menguatkan alat-alat dalam tubuh kita, termasuk bagaimana cara
menambah kesehatan jantung dan paru-paru, kamu akan dilatih pernapasan.
Jadi, khusus bagi alat-alat tubuh kita bagian dalam, bukan hanya
gerakan tubuh yang menguatkannya, melainkan (dan terutama sekali)
latihan bernapas khusus yang baik. Tentu saja hal ini dilatih secara
bertahap, tetapi semakin meningkat. Dalam silat ada tahap-tahap
tertentu, di mana diajarkan hal-hal yang berhubungan dengan pernapasan
tersebut.
Pengertian tentang
latihan-latihan yang dapat menguatkan otot-otot, janganlah diarti kan
sebagai latihan untuk membesarkan otot. Otot yang kuat tidaklah berarti
sama dengan otot yang besar, atau sebaliknya, otot yang besar belum
bisa diartikan otot yang mengandung tenaga besar dan kuat.
Teknik-teknik tertentu di dalam beladiri silat yang melatih kecepatan
dan kelincahan tubuh, jarang sekali membuat otot seseorang menjadi
bertonjolan. Bahkan, makin sempurna dan tinggi teknik silat seseorang
(termasuk ilmu pernapasan nya), makin sulit orang awam menebaknya
sebagai seorang yang ber “isi”. Selain itu, makin sulit pula orang
mengira kita menguasai beladiri. Mengapa demikian?! Justru karena
otot-otot kita yang tidak tampak menonjol !
Oleh
sebab itu, diharapkan kalian terutama remaja putri tidak apriori,
bahwa kalau kita belajar silat kelak jadi “kayak cowok”. Contoh remaja
putri yang menguasai beladiri silat tapi tak tampak dari luar itu,
ialah Anne Rufaidah, gadis Bandung yang pernah menyandang gelar Puteri
Remaja Indonesia 1980. Ia salah seorang gadis remaja (waktu itu) yang
diam-diam memiliki “kekuatan terpendam”. Dan banyak lagi remaja putri
seperti Anne yang tidak berotot layaknya binaragawan. Ia justru nampak
halus dan luwes sebagai gadis remaja biasa.
“Akh,
buat apa capek-capek!” mungkin demikian pula komentar kalianm, akan
tetapi soal capek kiranya apa saja yang menjadi pekerjaan kita yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh akan menyebabkan kita capek secara
fisik, namun tidak secara psikhis. Mengingat tujuannya yang baik,
apalagi bila dilakukan dengan gembira, soal capek dapat diatasi dan
boleh diabaikan.
Silat sebagai Seni Beladiri Yang Bermutu
Pengertian
seni beladiri di sini jangan diasosiasikan dengan seni tari. Walau pun
antara keduanya ada persamaan, yakni sama-sama mengandung unsur
keindahan gerak dari seluruh tubuh yang harmonis. Kesenian itu
menggugah kehalusan dan kepekaan jiwa seseorang. Lalu di manakah letak
seninya Silat? Dalam silat yang nyeni bukan saja karena segi miripnya
kepada Tarian (dengan adanya kembangan), akan tetapi dilihat dari segi
harmonisnya gerakan-gerakan silat itu sendiri. Keselarasan gerakan
tubuh dan anggota tubuh pesilat yang menyentuh hati si penonton,
menimbulkan rasa kagum orang yang memandang.
Hal
ini dapat dilihat para rangkaian gerak yang disebut dengan JURUS dalam
Pencak Silat dan Karate (Kata). Jadi, bukan saja keluwesan geraknya
yang dianggap “nyeni”, melainkan juga saat pesilat mengerahkan
tenaganya, saat ia menampilkan kelincahan dan kegesitannya. Bagaimana ia
menyesuaikan irama gerakan-gerakannya, seperti : bagaimana ia
memperlambat gerakan-gerakannya pada saat ia melakukan “sikap-sikap”
tertentu, bagaimana ia mempercepat gerakan-gerakannya waktu ia menyerang
dengan tangan dan kakinya, serta bagaimana pula ia memperagakan
gerakan- gerakan menghindar dengan lincah dan ringan.
Dalam
Pencak Silat, baik yang berasal dari Jawa Barat (Ibingan), Jawa Tengah
maupun dari Tanah Minang, tampak adanya penggabungan seni tari daerah
masing-masing dengan tipu-tipu Pencak Silat, sehingga kita lihat
“Kembangan” atau “Ibingan” tadi agak mirip dengan tarian-tarian daerah
tersebut di atas (Ingat Jaipongan!). Konon, penyamaran beladiri silat ke
dalam seni tari daerah, merupakan suatu upaya para Pendekar di jaman
penjajahan untuk melestarikan beladiri silat yang diwarisi dari para
guru dan leluhurnya.
Manakah yang
disebut “Jurus” atau “Kembangan” itu? Kedua istilah itu merupakan
rangkaian gerakan-gerakan beladiri yang disusun sesuai dengan aturan
dari aliran atau perguruan silat yang menyusunnya. Di dalamnya tercakup
gerakan-gerakan menyerang, menghindar maupun bersikap sesuai dengan
ajaran-ajaran perguruan silat masing-masing.
“Seni” ini bagi setiap orang tidaklah sama keindahannya, sebagaimana
tidak setiap orang punya penghargaan yang sama terhadap lagu-lagu
klasik, pop, rap atau dangdut misalnya.
Silat sebagai Alat Bela Diri
Silat
sebagai alat bela diri merupakan pengetahuan yang bermutu tinggi.
Silat tidak terbatas, baik dalam melakukan serangan, maupun tangkisan.
Dari kepala, bahu, siku, lengan, tapak tangan, jari tangan, punggung,
pinggang, pantat, paha, lutut, tulang kering, mata kaki, tumit, jari
kaki semuanya mendapat jatah latihan secara khusus. Dari ujung kepala
sampai dengan ujung kaki dapat digunakan sebagai senjata terdekat dan
ampuh. Menurut para ahli, air liur dan rambut pun bisa dipakai sebagai
alat bela diri yang efektif.
Silat berusaha memenuhi tuntutan : “Menyerang semaksimal mungkin dengan
resiko sekecil mungkin bagi diri sendiri” (bandingkan dengan Ilmu
Ekonomi). Singkatnya, dengan apa yang ada kita gunakan untuk membela
diri, jadi harus praktis dan ekonomis !
Seorang
pesilat diajar dan dilatih menggunakan senjata. Ia harus mengerti
sifat-sifat senjata yang paling sederhana, seperti : Pisau, Pedang,
Golok dan Toya (istilah silat untuk tongkat panjang yang disesuaikan
dengan tinggi pesilat). Kemudian ia pun diberi pengetahuan tentang
senjata-senjata lain. Dari sinilah seorang pesilat mengembangkan
pengetahuannya tentang senjata. Mana yang sesuai buat dirinya, serta
benda-benda apa saja yang dapat digunakan sebagai senjata saat ia
terdesak. Contoh benda-benda yang dapat digunakan sebagai senjata,
adalah tas, pasir, penggaris, pensil, sapu tangan, ikat pinggang, bahkan
baju atau jacket pun atau buku dapat dipergunakan sebagai senjata
“rahasia”.
Silat sebagai Alat Untuk Belajar Menguasai Diri
Umumnya,
ilmu beladiri yang baik, mendidik murid-muridnya sanggup menguasai
diri, menguasai emosinya. Demikian pula silat. Tak heranlah kita
membaca atau mendengar ungkapan “Kalahkan dulu dirimu, sebelum
mengalahkan orang lain” atau motto dari beladiri Kempo “Kasih sayang
tanpa kekuatan adalah kelemahan, kekuatan tanpa kasih sayang adalah
kezaliman”. Semua itu menunjukkan pentingnya belajar menguasai diri.
Pesilat dilarang untuk bertindak sewenang-wenang. Secara bertahap ia
dilatih menguasai hawa nafsunya, karena memang yang paling sulit adalah
bagaimana mengajar seseorang mampu menguasai dirinya.
Pesilat
yang baik, harus sanggup mengalah kepada lawannya yang nyata-nyata
jauh lebih unggul baik teknik dan prestasinya. Ia pantang melayani
nafsunya untuk menang dengan berlaku curang! Ia harus berani mengakui
kelebihan lawan dan melihat kekurangan dirinya.
Sifat-sifat baik yang diperolehnya dalam mempelajari beladiri silat,
diharapkan tidak hanya berlaku di perguruannya saja, melainkan harus
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu membentuk rasa
percaya diri yang tebal dan kepribadian kuat, sehingga segala tekanan
dari luar dapat dihadapinya dengan tabah, rendah hati dan damai.
Seorang
ahli beladiri yang baik memiliki perasaan yang halus dan rasa
perikemanusiaan tinggi. Ia tidak enggan untuk memaafkan seseorang yang
telah mengakui dan menyadari kesalahannya.
Silat sebagai Alat Untuk Mengasah Kecerdasan
Di
sekolah dasar kita diajar berhitung/matematik, di sekolah lanjutan
pertama dan sekolah lanjutan atas kita dilatih untuk berpikir lebih
kritis, kemudian di perguruan tinggi kita diajar dan dilatih tentang
hubungan-hubungan dalam suatu sistem/keseluruhan. Dalam belajar Silat,
kita pun diajar dan dilatih berpikir kritis. Tetapi dengan cara yang
khas silat. Kita harus memperhitungkan secara matang gerak-gerik lawan
dan menjawab serangan lawan dengan reaksi yang cepat dan tepat. Sebab
bila kita terlambat sedikit saja, akan fatal akibatnya bagi kita.
Ada
beberapa persamaan antara belajar ilmu gaya dan belajar silat. Dalam
silat kita memiliki rumus-rumus tertentu untuk menghindar, menyerang
atau membalas suatu serangan, sehingga gerakan kita menjadi efektif dan
efisien. Ada momen-momen dalam ilmu gaya yang dapat diterapkan dalam
ilmu silat. Misalnya, bagaimana kita dapat menghindari serangan berupa
pukulan dan tendangan yang lintasannya seperti lingkaran, sehingga kita
berada di luar garis singgung lingkaran tersebut. Atau bagaimana kita
menghindari serangan yang lintasannya lurus, yakni dengan bergerak
sedikit ke samping dengan cara apa pun, sehingga serangan itu berlalu
tanpa kita mengeluarkan tenaga banyak (hukum ekonomi).
Pengertian-pengertian
ilmiah semacam inilah yang membuat ilmu beladiri silat menjadi menarik
untuk dipelajari dan diselami, sebab Ilmu Silat sekaligus mengasah
kecerdasan kita.
http://mulana.wordpress.com/2010/01/15/manfaat-belajar-silat-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar